Pro Kontra Uji Coba Belajar Tatap Muka Mulai 7 April, Ini Kata Orangtua Siswa

Pro Kontra Uji Coba Belajar Tatap Muka Mulai 7 April, Ini Kata Orangtua Siswa

Jakarta, Sergapnusantara.com - Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta akan melakukan uji coba atau pilot project pembukaan sekolah tatap muka secara terbatas.

Uji coba pembelajaran tatap muka di Jakarta diselenggarakan setelah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan lampu hijau mengenai penyelenggaraan pembelajaran tatap muka.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana, mengatakan, pilot project pembelajaran tatap muka akan berlangsung pada 7-29 April 2021.

Rencana tersebut menuai pro kontra di kalangan orangtua siswa. Ada yang setuju, ada pula yang tidak.

Paulin Silooy, orangtua siswa di SMA 32 mengaku tak mengizinkan anaknya ikut uji coba pembelajaran tatap muka.

Baginya, vaksin belum bisa menjamin kehidupan manusia menjadi kembali normal.

“Kalau saya sendiri, saya tidak mengizinkan selagi belum tuntas semua pandemi. Karena banyak negara lain yang sudah divaksin tapi tiba-tiba lockdown lagi,” kata Paulin saat dihubungi, Senin (5/4/2021) sore.

Ia konsisten tak mengizinkan anaknya sekolah sejak awal wacana pembukaan sekolah.

Paulin pernah berpendapat bahwa akan mengizinkan anaknya bersekolah tatap muka jika jumlah kasus Covid-19 di DKI Jakarta sudah di bawah 25 persen.

Devy salah satu orangtua siswa lainnya mengaku mendukung pembelajaran tatap muka. Pasalnya, anaknya sudah ikut bimbingan belajar secara offline.

Sementara itu, Diana orangtua siswa di SMA 78 mengatakan, 50 persen orangtua di sekolah anaknya masih tidak mengizinkan belajar tatap muka.

Jumlah tersebut berdasarkan polling ke pihak orangtua.

“Kalau pun sekolah mau uji coba tetap harus melayani kelas yang online apabila ada orangtua yang keberatan,” ujar Diana saat dihubungi, Senin (5/4/2021) sore.

Sementara itu, orangtua siswa SMA 61, Laras mengatakan sudah mengizinkan anaknya untuk belajar secara tatap muka di sekolah.

Izin untuk anaknya bersekolah secara tatap muka diberikan asal semua protokol kesehatan sudah disiapkan, anak-anak telah siap, dan aturan di sekolah sudah siap.

Aturan dan larangan uji coba

Selama masa uji coba, pembelajaran dilakukan secara terbatas.

Siswa yang diperbolehkan mengikuti uji coba adalah murid dengan jenjang pendidikan mulai dari kelas 4 SD hingga 12 SMA/SMK.

Kegiatan pembelajaran hanya dilakukan selama satu kali dalam satu minggu untuk setiap jenjang pendidikan.

Setelah itu, kegiatan belajar-mengajar akan diliburkan sebab gedung sekolah disterilisasi.

Selain itu, jumlah peserta didik juga dibatasi maksimal 50 persen dari daya tampung per kelas dengan pengaturan jarak 1,5 meter per siswa.

Nahdiana menambahkan, selama uji coba, kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga tidak diperbolehkan.

Ruang perpustakaan dan area kantin juga tidak diizinkan untuk dibuka.

Kemudian, materi yang diajarkan diprioritaskan untuk mata pelajaran yang esensial dengan durasi pelajaran selama 3-4 jam.

Nahdiana menjelaskan, materi pelajaran esensial yang diajarkan adalah pelajaran yang membutuhkan tatap muka dan tidak efektif diajarkan dengan metode daring.

"Materi pembelajaran kami prioritaskan dulu dengan materi-materi esensial yang sangat dibutuhkan," kata Nahdiana.

Adapun guru yang nantinya akan mengajar selama masa uji coba telah diberi pelatihan tentang blended learning, sehingga ketika sudah mulai pembelajaran, guru juga masih melayani pembelajaran secara virtual.

“Gurunya juga di-piloting terbatas ini sudah mengikuti pelatihan tentang blended learning, saat anak belajar di sekolah, satu lagi belajar di rumah, atau jika orangtuanya tidak mengizinkan, anak ini tetap di rumah, maka kami tetap melayani," ucap Nahdiana.(*)